Mau Jadi Freelance Copywriter? Ini Cara Dari Nol Sampai Dapat Klien

cara jadi freelance copywriter

Awal mula saya kenal copywriting itu bukan dari pelatihan, bukan juga dari dosen atau mentor profesional.
Justru dari rasa penasaran:

“Kenapa ya, iklan kayak Scarlett bisa bikin orang rebutan beli? Apa sih rahasianya?”

Sebagai pekerja full-time di dunia konten, saya terbiasa bikin artikel SEO. Tapi ketika mulai bantu teman UMKM untuk bikin caption jualan, saya sadar:

Tulisannya pendek, tapi mikirnya bisa sejam.

Karena ini bukan soal panjang tulisan, tapi seberapa kuat kata-kata itu bikin orang klik, beli, atau tertarik.

Dari situ, saya mulai belajar dan akhirnya terjun juga ke dunia freelance copywriting.

Kalau kamu pengen mulai jadi freelancer copywriting, artikel ini saya buat dari pengalaman pribadi—biar kamu nggak bingung mulai dari mana, dan tahu hal-hal penting yang nggak diajarin teori.

1. Copywriting Itu Beda Sama Nulis Artikel Biasa

Saya dulu mikir semua jenis tulisan ya sama aja.
Ternyata beda banget.

  • Content writing: bikin orang paham → edukatif, panjang, penuh penjelasan
  • Copywriting: bikin orang gerak → beli, daftar, klik, atau tertarik

Contohnya:

“Sabun Herbal Natural, dibuat dari bahan alami. Aman untuk kulit sensitif.” ← ini content

“Sabun herbal yang bikin kulit adem dari sentuhan pertama. Yuk coba hari ini, Kak!” ← ini copy

Bedanya? Yang satu informatif, yang satu ngajak aksi.
Dan sebagai freelancer, kamu akan lebih sering dibayar kalau bisa bikin kata-kata yang ngajak aksi.

2. Nggak Perlu Gelar, yang Penting Paham Dasar Copywriting

Saya nggak kuliah di jurusan komunikasi.
Tapi saya belajar copywriting dari:

  • Lihat iklan brand besar di Instagram & YouTube
  • Baca e-book dan artikel blog
  • Latihan sendiri nulis ulang headline iklan yang catchy

Kalau kamu pemula, cukup pelajari dulu:

  • Prinsip AIDA (Attention, Interest, Desire, Action)
  • Teknik PAS (Problem, Agitate, Solution)
  • Gaya bahasa brand (tone of voice)
  • CTA (Call to Action) yang kuat dan singkat

💡 Saya pribadi belajar dari buku Contagious dan Copywriting Emak-Emak — dua sumber yang ringan tapi ngena.

buku copywriting emak emak

3. Latihan Paling Efektif: Tulis Ulang Iklan yang Udah Terbukti

Salah satu latihan yang saya lakukan dulu:
Ambil 5 caption iklan dari brand besar → rewrite jadi versi saya.

Misalnya iklan “Minyak Telon Anak”, saya bikin 3 versi:

  • Versi santai (buat emak-emak)
  • Versi formal (buat e-commerce)
  • Versi storytelling (buat reels)

Dari situ saya belajar: 1 produk bisa punya banyak cara bicara tergantung target pasarnya.

4. Belum Ada Klien? Bikin Studi Kasus Sendiri

Portofolio pertama saya justru bukan dari klien. Tapi dari produk fiktif yang saya buat sendiri.

Contoh:

  • Bikin copy landing page untuk produk skincare lokal
  • Tulis 5 caption promosi minuman sehat
  • Buat headline + subheadline untuk e-book gratisan

Saya kumpulin semuanya jadi 1 PDF di Google Drive, dan itu yang saya share ke klien pertama saya di WhatsApp.

Jangan tunggu klien baru mulai bikin portofolio.
Mulai bikin portofolio, nanti klien datang.

5. Cari Klien Pertama dari Platform dan Media Sosial

Saya dapet klien pertama dari posting posting di Instagram dan Linkedin.
Saya share portofolio dan bilang:

“Kalau ada yang butuh bantuin bikin copy buat jualan atau ads, boleh chat ya.”

Nggak nyangka, temen sendiri nawarin saya bantu handle copy untuk toko herbal-nya di Tokopedia.

Selain itu, kamu bisa mulai dari:

  • Fastwork
  • Projects.co.id
  • Sribulancer
  • LinkedIn
  • atau Thread (banyak HR/owner share job freelance)

Jangan malu untuk promosiin diri. Asal portfolio kamu rapi, akan ada yang ngelirik.

6. Skill Tambahan Biar Kamu Lebih Laku

Klien zaman sekarang cari copywriter yang nggak cuma bisa nulis, tapi juga ngerti konteks marketing.

Berikut skill tambahan yang saya pelajari dan bikin nilai jual saya naik:

  • SEO dasar: biar tulisan bisa ranking
  • Basic Google Ads / FB Ads: biar ngerti konteks penempatan copy
  • Struktur landing page: biar tahu mana CTA, headline, subheadline yang efektif

Jadi, copy kamu bukan cuma bagus dibaca, tapi juga bisa konversi.

7. Komunikasi Sama Klien Itu Penting Banget

Dulu saya sering terima brief cuma 2 kalimat.
Hasilnya? Tulisannya melenceng dari ekspektasi klien.

Sekarang saya punya template pertanyaan ke klien:

  • Target pembacanya siapa?
  • Apa keunikan produk ini?
  • Tujuan dari copy ini apa? Jualan? Branding? Awareness?
  • Ada batasan gaya bahasa?

Dengan pertanyaan jelas, hasil kerja juga lebih presisi.
Dan klien lebih percaya karena kita terlihat profesional.

8. Gimana Cara Pasang Harga?

Saya mulai dari Rp 50 ribu per caption.

Tapi seiring waktu dan pengalaman, harga naik:

  • Rp100–250 ribu per caption
  • Rp300–750 ribu per landing page
    Paket bulanan untuk konten copywriting bisa sampai Rp2 juta+

Harga tergantung:

  • Tingkat kesulitan
  • Panjang copy
  • Jumlah revisi
  • Scope kerja (cuma nulis, atau riset + optimasi juga?)

Kuncinya: tahu value kerja kamu. Dan naikkan harga seiring jam terbang.

9. Tantangan Copywriter Freelance + Solusinya

Ini tantangan yang pernah saya alami:

  • Klien nggak bisa kasih brief
  • Dikasih waktu nulis mepet banget
  • Dibilang “kurang ngena” padahal brief-nya nggak jelas

Solusinya:

  • Minta brief tertulis
  • Sediakan 1–2 revisi ringan
  • Kirim draft awal dan minta feedback sebelum final

Copywriter itu bukan cenayang.
Makanya komunikasi harus jelas dari awal.

10. Copywriting dengan Bantuan AI — Boleh Nggak Sih?

Dulu, copywriting itu dianggap 100% kerjaan manual dan kreatif. Tapi sekarang, dengan munculnya tools seperti ChatGPT, Jasper, Copy.ai, dan lain-lain, banyak copywriter mulai bertanya:

“Kalau semua bisa dikerjain AI, saya masih dibutuhin nggak?”

Jawaban jujur saya: AI bisa bantu, tapi tetap butuh manusia yang ngerti strategi dan konteks.

Contoh penggunaan AI yang saya lakukan:

  • Generate ide headline cepat
  • Bikin draft awal caption
  • Rephrase CTA biar lebih variatif

Tapi tetap saya edit dan sesuaikan, karena:

  • AI belum tahu brand voice klien
  • AI nggak bisa riset kompetitor klien secara lokal
  • AI nggak tahu nuansa humor atau sentuhan emosional yang tepat

💡 Jadi, copywriter yang ngerti AI = akan jauh lebih efisien. Tapi copywriter yang bergantung 100% ke AI tanpa skill dasar? Ya bakal kalah bersaing.

AI itu asisten, bukan pengganti.

11. Gaji Copywriter di Perusahaan Indonesia — Biar Ada Bayangan

Kalau kamu belum mau full freelance dan pengen kerja dulu sebagai copywriter in-house, berikut gambaran gaji yang saya temukan (berdasarkan pengalaman rekan & info lowongan):

Posisi

Range Gaji (Jakarta/Surabaya)

Junior Copywriter

Rp 4 – 6 juta / bulan

Mid-level Copywriter

Rp 6 – 9 juta / bulan

Senior Copywriter

Rp 10 – 15 juta / bulan

Copy Lead / Head of Copy

Rp 15 – 25 juta / bulan

Catatan:

  • Perusahaan startup cenderung lebih fleksibel dan terbuka sama gaya bahasa yang kreatif
  • Perusahaan korporat lebih formal dan suka kandidat dengan portofolio solid
  • Bonus bisa datang dari hasil campaign yang perform (apalagi kalau ada kontribusi ke sales)

💡 Kalau kamu freelance, bisa aja dapet penghasilan lebih besar dari angka di atas — tapi tentu tergantung seberapa aktif kamu pitching, handling klien, dan nawarin value lebih dari sekadar “nulis doang”.

Copywriting Itu Skill Bernilai Tinggi, Tapi Bisa Dimulai dari Nol

Freelance copywriting bukan cuma soal kata-kata. Tapi soal:

  • Paham target
  • Ngerti konteks
  • Dan bisa narik emosi lewat tulisan

Kalau kamu baru mulai, jangan tunggu semua “sempurna”.
Tulis 1 caption per hari.
Coba rewrite iklan yang kamu temui di Instagram.
Share hasilnya.
Dan terus ulangi.

Karena di dunia copywriting, yang konsisten latihan akan selalu menang dari yang cuma mikir doang.

Semangat ya, pejuang kata-kata! 🚀